(Based
on personal story)
Tipe kulit saya normal
kombinasi. Kata orang saya beruntung, sebab kulit normal jarang ada masalah
dengan kulit, bahkan pori-pori saya saja tak terlihat. Namun juga kombinasi,
yang artinya di bagian T wajah sedikit berminyak. Sekian tahun memang nyatanya
tak pernah ada masalah berarti, saat itu saya sedang merantau untuk sekolah di
daerah yang dekat dengan gunung, alhasil masalah klasik yang sering ditemui
hanyalah kulit kering sebab angin kencang memang sudah jadi makanan
sehari-hari. Tak masalah, karena kulit kering di usia remaja tak merepotkan,
rutin memakai pelembab saja sudah cukup mengatasi.
Lepas sekolah saya kembali
ke kota asal, Makassar. Perbedaan cuaca yang cukup ekstrim membuat kulit saya mulai
bermasalah. Saat itu saya belum paham sepenting apa sunscreen, maka sehari-hari
kulit saya terpapar matahari. Beruntusan, berminyak, dan perih mulai dirasakan.
Lalu akhirnya saya mulai melirik brand perawatan wajah via katalog dari teman.
Merasa tidak cocok, saya tak melanjutkannya. Itulah pertama kalinya saya
menggunakan skincare. Suatu hari, ibu saya menawarkan paket perawatan wajah
dari sebuah klinik kecantikan. Saya pun mencobanya, hasilnya bagus. Kulit
mulus, cerah, jarang muncul jerawat. Sampai suatu hari saya naik gunung dan
lupa membawa day cream ber-spf nya maupun sunscreen. Betapa bodohnya saya
mengira keseluruhan gunung adalah tempat yang dingin hingga tak butuh sunscreen
sama sekali. Alhasil, turun gunung wajah saya seperti terbakar sebab saya
sampai di puncak Bawakaraeng pukul 10 pagi dan tetap di sana hingga pukul 12
siang. Lalu sekian hari kemudian jerawat besar besar muncul. Jangan ditanya
rasanya, secara fisik perih sekali sebab ukuran dan jumlahnya lumayan, dan
secara psikologis luar biasa minder. Status saya saat itu mahasiswa, if you can
feel it :D
Sejak turun gunung, wajah
saya tak pernah kembali normal seperti dulu, yang bisa dibilang mulus bahkan
seakan tanpa pori. Jerawat merah dan besar (entah apa jenisnya) seakan tak
pernah hilang dari pipi walau apapun usaha saya lakukan. Hilang satu, muncul
yang lain.
Oh ya, saya langsung
menghentikan pemakaian perawatan dari klinik tersebut sebab saya rasa, saya tak
cocok menggunakannya, bahkan saya mengingat-ingat sejak menggunakannya kulit saya
jadi sangat sensitif dengan matahari.
Tahun berikutnya, saya
dilamar, dalam keadaan kondisi wajah yang saya masih lah sangat jauh dari
mending, kegalauan tersebut mengambil porsi sendiri di dalam hati di samping
yang lainnya. Wajar saya kira, saya perempuan. Namun alhamdulillah, ternyata
suami tak pernah sedikitpun menyinggung kekurangan saya bahkan hingga detik ini.
Hal itulah yang membuat saya tidak tertekan dalam masa pencarian skincare yang
kita tahu, memakan waktu teramat panjang. Saat dianugerahi kehamilan pertama,
saya mulai aware dengan berbagai kandungan di dalam skincare, seperti salicylic
acid (walau itu kandungan yang membantu menenangkan kulit berjerawat), juga
memperbaiki pola makan dan gaya hidup. Qadarullah, kulit saya membaik dengan sendirinya.
Jerawat amat jarang muncul, kulit jadi halus dan lembab. Namun usaha saya
mencari skincare yang cocok untuk menghilangkan bekas jerawat kemerahan di pipi
masih berlangsung.
Lalu alhamdulillah, 2 tahun
setelah kelahiran anak pertama, saya melahirkan anak kedua. Pengalaman
kehamilannya kurang lebih sama, dampak kehamilan untuk kulit saya bahkan saat
pola makan tak seketat kehamilan pertama masih sangat membantu proses perbaikan
kulit. Apakah ada hubungannya dengan hamil anak lelaki? Entahlah. Saya selalu
merasa, ini salah satu cara Allah menolong saya. Dia memberikan kehamilan yang
penuh ujian namun di saat bersamaan menolong saya di sisi lainnya.
Alhamdulillah ‘ala bini’matihi..
Lalu, berapa banyak skincare
yang saya coba dalam masa pencarian selama kurang lebih 5 tahun ke belakang
sejak tahun 2013? Ada sekitar 22 brand J
(bersambung)
Wahwah. Ditunggu episode selanjutnya kak😄
ReplyDeleteMasyaaAllah if😘 great great great.. keeup up your writings if.. di IG juga bagus..
ReplyDeletewow 20an merk 😂..
ReplyDeletedtunggu tbc nya ffah 😄