Sunday, September 29, 2019

Fighting with pimples part II


Based on personal story

part 1 di sini

Ya, kurang lebih ada 22 brand skincare/herba selama 5 tahun mencari yang cocok sebelum dan setelah saya mengalami breakout. Bukan berarti di antara 22 itu ga ada yang cocok, hanya saja berbagai hal menjadi pertimbangan untuk repurchase. Misalnya, masalah kealamian produk (menyangkut ketenangan hati), sulitnya ditemukan (agak males online, kecuali worth to buy), maupun harga. Patokan pemilihannya halal, ber BPOM, atau jika dari brand luar dan belum ber BPOM ya muslim friendly. Perlukah saya menyebutkan apa saja? Hehe. Saya hanya akan menyebutkan brand tanpa review yah :D

Baik, ini dia; Citra, Oriflame, skincare klinik kecantikan (takkan saya sebut secara spesifik), Moment, Tiens, Java Remedies, Zalfa Miracle, Roro Mendut, Sariayu, Airin Beautycare, Maya House of Beauty, Nu Skin, Blustone Avenue, Jafra, HPAI, HPA International, Nabil Kefir (home industry), Hada Labo, Wardah, Haple, Biotalk, dan Somebyme. Lumayan banyak, namun perlu digarisbawahi bahwa semuanya bukan semata produknya ga bagus atau ga cocok untuk saya sebab saya memilih semuanya dengan selektif, hanya saja terkendala oleh berbagai hal. Misalnya Nabil Kefir, saya beli masker kefirnya, masya Allah enak banget di wajah (lalu saya sadar, saya cocok pakai segala masker kefir organik), saya juga dapat sample night cream yang alhamdulillah cocok juga. Lalu saya antusias, tapi kendalanya beliau masih dalam tahap penelitian produk. Dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana saya move on?
Qadarullah, saya berkesempatan mengenal basic skincare lewat seorang teman. Teman itu mengarahkan saya pada sebuah wag Sharing Basic Skincare (SBS) yang bermanfaat sekali. Basic skincare itu lebih tepat disebut metode basic dalam dunia skincare. Terdiri atas 4 hal dasar, yaitu cleansing, toning, moisturizing, dan protecting (CTMP). Basic skincare ini telah dikenal di manapun, mungkin kita pernah mendengar istilah 10 steps skincare routine, nah dasar dari steps tersebut ada 4 macam;
1.     Cleansing
Proses membersihkan wajah ini sangat penting untuk menyiapkan kulit menerima tahapan skincare berikutnya. Wajah yang tak dibersihkan secara cermat membuat pori tersumbat dan akan memicu berbagai masalah. Proses ini dibagi menjadi dua (double cleansing) di mana tahap pertama adalah membersihkan wajah menggunakan pembersih oil based seperti cleansing oil, cleansing milk, cleansing balm, cleansing cream. Sedangkan tahap kedua menggunakan pembersih water soluble seperti facial wash, facial foam, facial cleanser, cleansing bar, dll.
2.    Toning
Setelah membersihkan wajah, tahap selanjutnya adalah menggunakan hydrating toner. Ternyata, ada 2 tipe toner, yaitu exfoliating toner, ada hydrating toner. Sesuai dengan namanya, toner eksfoliasi tak boleh digunakan sering-sering. Toner yang menghidrasi kulitlah yang kita butuhkan setelah cuci muka untuk menyeimbangkan ph kulit setelah mencucinya.
3.    Moisturizing
Tahap ketiga adalah menggunakan pelembab untuk mengunci kelembaban kulit. Sebab, kulit yang lembab adalah tanda kulit yang sehat. Justru ketika kulit tidak terhidrasi dengan baik, kulit lebih banyak memproduksi minyak yang memicu jerawat.
4.    Protecting
Lalu, tahap ini lah yang paling penting. Saking pentingnya, dia disebut anti-aging terbaik. Sinar matahari apalagi di puncak-puncak panasnya beresiko merusak kulit dan malah mempercepat penuaan. Maka, percuma kita memakai serum, essence, sheetmask, dll, jika mengabaikan sunscreen. Cara mengaplikasikannya pun ternyata harus sebanyak 2 jari, dan direapply 2-3 jam sekali. Jika tak sesuai aturannya, sunscreen tak cukup melindungi kulit sejak pagi hingga sore hari.


Oh ya, ada steps tambahan yaitu exfoliating setiap 1-2x sepekan menggunakan scrub untuk meluruhkan sel-sel kulit mati dan membantu meregenerasi sel-sel yang baru.

Jadi, memang selama 5 tahun yang lalu saya tak tahu basic ini. Pagi hari setelah cuci muka langsung pakai day moist lalu ke luar rumah tanpa sunscreen, dan malam hari hanya cuci muka tanpa sebelumnya membersihkan wajah dengan oil-based. Pantesan aja masalah gak berhenti muncul, wong gak pakai sunscreen dan double cleansing, hiks. Setelah mengenal CTMP, daily skincare pagi saya terdiri dari face wash-toner-moisturizer (day cream)-sunscreen, dan malam hari milk cleanser-face wash-toner-moisturizer (night cream). Kalau habis dari acara pernikahan dan pakai bb cream, saya terlebih dulu membersihkan wajah dengan make up remover/micellar water, baru lanjut milk cleanser dan seterusnya.

Kalau saya mau exfoliate dan maskeran di malam hari, urutannya jadi begini; double cleansing-scrub-masker-toner-moisturizer. Malam setelah moist, saya biasanya menambahkan sleeping mask atau sheet mask. Saya belum menambahkan serum, essence, dll sebab sy ingin konsisten CTMP dulu sampai wajah membaik. Saya pun akhirnya bisa paham, sebetulnya yang utama bukan brand skincare nya semahal, sefancy, sepopuler apa, tapi sudah betul atau belum cara merawatnya.

Bagaimana hasil saat merutinkan CTMP?

(bersambung)

Saturday, September 28, 2019

Lapis-Lapis Keberkahan


Lapis-Lapis Keberkahan
By: Salim A. Fillah


Mungkin baru kali ini ada buku tebal yang tak lelah saya membacanya. Buku ini lebih dari 500 halaman tapi membacanya seperti ngalir saja. Bahasanya memang sedikit nyastra, tapi sastra itu indah, buku ini tutur katanya bagus sekali. Mungkin sebagian orang akan butuh membaca lebih teliti. Opini saya pribadi, diksinya juaraa.

Buku ini menginsyafi kita untuk mencari keberkahan dari rupa-rupa kebahagiaan dalam dunia ini, sebab yang membuat bermakna adalah merasai sebuah perjalanan. Bahwa jika bahagia dijadikan cita, kita akan kehilangan ia sebagai rasa. Bahwa jika bahagia dijadikan tugas jiwa, kita akan melalaikan kewajiban sebagai hamba. Bahwa jika bahagia dijadikan tema besar kehidupan, kita bisa kehilangan ia setelah kematian.

Di dalamnya ada berbagai peringatan lembut tentang pentingnya aqidah dalam setiap sendi kehidupan, poin tentang aqidah ini dibawakan dengan indah, mudah dipahami, dan dekat dengan keseharian. Selalu ada haru yang menyeruak tatkala menyadari Allah sebagai satu-satunya Tuhan alam semesta. Berbagai hikmah di dalamnya mudah merasuk ke sanubari sebab disampaikan dengan kisah-kisah para sahabat dan yang lainnya. Keseluruhan buku ini akan membuat kita semakin mencintai dan mengagumi Allah, bahwa bahagia saja tak cukup mewakili segenap kebaikan.

Bab demi bab isi buku ini sangatlah runut. Mulai dari ulasan berbahan makna hingga menjadi berbagai ilmu, berbagai ilmu memandu secercah rezeki, secercah rezeki membekali segerak amal, dan segerak amal memperindah seisi bumi. Bahwa penting bagi kita untuk selesai dengan diri sendiri, untuk kemudian bergandeng tangan dengan orang lain dalam serumah keluarga, hingga memahami kontribusi terbaik kita pada selingkung Negara.

Buku ini menyadarkan kita tentang kepastian Allah terhadap ‘gizi’ pada beraneka ragam buah yang disebut dengan kehidupan. Begitulah ust. Salim mengibaratkan keberkahan yang berlapis-lapis. Bukan kebahagiaan yang jadi orientasi hingga ia ditempatkan di depan, namun biarkan ia jadi makmum yang membuntuti Islam, iman, dan ihsan kita, begitu pesannya.

Buku ini dibeli di: Toko Buku Mutiara Ilmu, Makassar.
Harga: -/+ RP. 110,000,-
Jumlah halaman: 517 halaman

Friday, September 27, 2019

Awe-Inspiring Us


Awe-Inspiring Us
By: Dewi Nur Aisyah


Buku ini ibarat versi komprehensif dari berbagai postingan seorang muslimah inspiratif yaitu Dewi Nur Aisyah dalam akun instagramnya. Beliau seorang student-mom yang mengambil pendidikan di Inggris. Saya sangat menyukai tulisannya sebab ia begitu apik membagi pengalamannya yang luar biasa tanpa terlihat seperti sedang menyombongkan diri. Ya, ia begitu sadar akan kuasa Allah SWT dalam setiap langkah dan pencapaian besarnya sebagai seorang peneliti muda sekaligus ibu dari 2 orang anak. Suaminya? Juga seorang student di negara yang sama sekaligus anak bangsa yang berkontribusi aktif membangun Indonesia. Masya Allah. Perjalanan mereka sebagai student-parents menginspirasi saya yang saat itu juga menjalani peran yang sama, yaitu student-mom.

Buku ini sampai-sampai menjadi penyesalan tersendiri mengapa tak dari dulu ada saat saya masih mencari jati diri di usia awal 20an. Tulisannya sangat runut mendorong diri membentuk pribadi aktif sejak sedini mungkin, hingga menyiapkan diri menjalani fase menikah, dan menjadi seorang ibu. Buku ini berisi kisah, inspirasi, pengetahuan, sejarah, dan bermacam kiat menjadi muslimah di atas rata-rata. Ini tentang bagaimana menumbuhkan impian masa depan sejak dini, lalu merawat mimpi itu agar tak hilang dalam pergantian peran, dan tentu saja memaknai segala proses hingga mimpi itu terwujud atau ketika Allah berkehendak mengganti dengan hal yang lebih luar biasa. Bahwa kegagalan itu tidak ada, tapi sesungguhnya ia juga sebuah kesuksesan dalam menemukan letak sebuah kesalahan.

Buku ini memaparkan keutamaan ilmu dan seberapa pentingnya bagi muslimah. Di dalamnya juga dijelaskan apa saja prioritas dan bagaimana seorang muslimah menempatkan setiap porsinya sesuai dengan bingkai Islam. Ya, tentu saja, buku ini menggunakan pendekatan keislaman dengan dalil-dalil shahih, didukung oleh kisah para sahabat, bahkan banyak pelajaran profesional dari seluruh dunia. Bahwa ilmu tak hanya berada di satu tempat atau satu sisi saja, namun bisa dari banyak tempat dan sisi seluruh semesta.
Buku ini sangat rekomendid untuk bekal wawasan bagi muslimah yang single namun juga sangat bermanfaat bagi muslimah yang telah menikah.

Buku ini dibeli di: Penerbit via online (buku ini punya teman)
Harga: RP. 59,500,- (PO dari harga normal Rp. 85,000,-)

Thursday, September 26, 2019

Fighting with pimples (part I)


(Based on personal story)

Tipe kulit saya normal kombinasi. Kata orang saya beruntung, sebab kulit normal jarang ada masalah dengan kulit, bahkan pori-pori saya saja tak terlihat. Namun juga kombinasi, yang artinya di bagian T wajah sedikit berminyak. Sekian tahun memang nyatanya tak pernah ada masalah berarti, saat itu saya sedang merantau untuk sekolah di daerah yang dekat dengan gunung, alhasil masalah klasik yang sering ditemui hanyalah kulit kering sebab angin kencang memang sudah jadi makanan sehari-hari. Tak masalah, karena kulit kering di usia remaja tak merepotkan, rutin memakai pelembab saja sudah cukup mengatasi.

Lepas sekolah saya kembali ke kota asal, Makassar. Perbedaan cuaca yang cukup ekstrim membuat kulit saya mulai bermasalah. Saat itu saya belum paham sepenting apa sunscreen, maka sehari-hari kulit saya terpapar matahari. Beruntusan, berminyak, dan perih mulai dirasakan. Lalu akhirnya saya mulai melirik brand perawatan wajah via katalog dari teman. Merasa tidak cocok, saya tak melanjutkannya. Itulah pertama kalinya saya menggunakan skincare. Suatu hari, ibu saya menawarkan paket perawatan wajah dari sebuah klinik kecantikan. Saya pun mencobanya, hasilnya bagus. Kulit mulus, cerah, jarang muncul jerawat. Sampai suatu hari saya naik gunung dan lupa membawa day cream ber-spf nya maupun sunscreen. Betapa bodohnya saya mengira keseluruhan gunung adalah tempat yang dingin hingga tak butuh sunscreen sama sekali. Alhasil, turun gunung wajah saya seperti terbakar sebab saya sampai di puncak Bawakaraeng pukul 10 pagi dan tetap di sana hingga pukul 12 siang. Lalu sekian hari kemudian jerawat besar besar muncul. Jangan ditanya rasanya, secara fisik perih sekali sebab ukuran dan jumlahnya lumayan, dan secara psikologis luar biasa minder. Status saya saat itu mahasiswa, if you can feel it :D

Sejak turun gunung, wajah saya tak pernah kembali normal seperti dulu, yang bisa dibilang mulus bahkan seakan tanpa pori. Jerawat merah dan besar (entah apa jenisnya) seakan tak pernah hilang dari pipi walau apapun usaha saya lakukan. Hilang satu, muncul yang lain.
Oh ya, saya langsung menghentikan pemakaian perawatan dari klinik tersebut sebab saya rasa, saya tak cocok menggunakannya, bahkan saya mengingat-ingat sejak menggunakannya kulit saya jadi sangat sensitif dengan matahari.

Tahun berikutnya, saya dilamar, dalam keadaan kondisi wajah yang saya masih lah sangat jauh dari mending, kegalauan tersebut mengambil porsi sendiri di dalam hati di samping yang lainnya. Wajar saya kira, saya perempuan. Namun alhamdulillah, ternyata suami tak pernah sedikitpun menyinggung kekurangan saya bahkan hingga detik ini. Hal itulah yang membuat saya tidak tertekan dalam masa pencarian skincare yang kita tahu, memakan waktu teramat panjang. Saat dianugerahi kehamilan pertama, saya mulai aware dengan berbagai kandungan di dalam skincare, seperti salicylic acid (walau itu kandungan yang membantu menenangkan kulit berjerawat), juga memperbaiki pola makan dan gaya hidup. Qadarullah, kulit saya membaik dengan sendirinya. Jerawat amat jarang muncul, kulit jadi halus dan lembab. Namun usaha saya mencari skincare yang cocok untuk menghilangkan bekas jerawat kemerahan di pipi masih berlangsung.

Lalu alhamdulillah, 2 tahun setelah kelahiran anak pertama, saya melahirkan anak kedua. Pengalaman kehamilannya kurang lebih sama, dampak kehamilan untuk kulit saya bahkan saat pola makan tak seketat kehamilan pertama masih sangat membantu proses perbaikan kulit. Apakah ada hubungannya dengan hamil anak lelaki? Entahlah. Saya selalu merasa, ini salah satu cara Allah menolong saya. Dia memberikan kehamilan yang penuh ujian namun di saat bersamaan menolong saya di sisi lainnya. Alhamdulillah ‘ala bini’matihi..

Lalu, berapa banyak skincare yang saya coba dalam masa pencarian selama kurang lebih 5 tahun ke belakang sejak tahun 2013? Ada sekitar 22 brand J

(bersambung)

The Perfect Muslimah


The Perfect Muslimah
By: Ahmad Rifa’i Rif’an


Perempuan. Bagaimana mungkin keberadaannya bisa diremehkan dan diacuhkan, padahal ialah yang jadi penentu baik buruknya peradaban. Bagaimana bisa pendidikan padanya ditelantarkan, padahal dialah yang jadi pendidik pertama bagi generasi selanjutnya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari no. 2278). Jika kata Rasulullah seorang pria adalah pemimpin bagi keluarganya, maka perempuan yang akan menjadi pemimpin bagi anak-anak dan rumahnya ketika suaminya tak ada. Kewajiban utama seorang muslimah bertumpu pada 3 pilar; mar’atus shalihah (wanita shalihah), zaujatu muthi’ah (istri yang taat), dan ummul madrasah (bunda peradaban). Maka seyogyanya seorang muslimah menyiapkan dirinya untuk mengemban amanah agung dari Allah hingga kelak ia dapat memasuki pintu surga dari mana saja sesuai janji Allah dalam surah.

Buku ini saya beli 5 tahun lalu, namun mengulangi membacanya seperti menyegarkan pikiran kembali. Di dalamnya ada kriteria menjadi muslimah sempurna yang dikemas dengan kisah-kisah inspiratif dan pemaparan ilmu yang bahasanya menarik sehingga tak jenuh dibaca. Buku ini menggunakan pendekatan keislaman yang membuat kita semakin takjub, haru, dan semakin jatuh cinta dengan kesempurnaan Islam mengatur tiap detil kehidupan kita.

Ketika saya membaca buku ini, saya belum menikah. Perasaan saya begitu tercerahkan akan seperti apa muslimah berkualitas sesungguhnya. Bagaimana pentingnya mengupgrade kapasitas dan terus mengevaluasi diri. Walaupun ada pembahasan soal pernikahan, namun kita sama sekali tak sedang dipengaruhi oleh keindahan pernikahan dari apa yang nampak dari luar, justru sebaliknya. Bagaimana pentingnya pernikahan hingga membutuhkan persiapan dari segi pemahaman, mental, hingga fisik. Buku ini mendorong kita menjadi muslimah yang kuat, hebat, namun lembut dan mempesona dalam waktu yang bersamaan. Tutur kata dan bahasanya ringan dan tidak kaku, membuat kita bisa dengan mudah memahami hikmah dan pesan-pesannya tanpa merasa digurui. Sangat cocok dibaca muslimah yang ingin ‘perfect’; hatinya penuh dzikir, otaknya penuh pikir, dipercantik oleh terjaganya lahir.

Dibeli di: Toko buku Mutiara Ilmu, Makassar.
Harga: -/+ Rp. 70,000,-
Jumlah halaman: 268 halaman

Wednesday, September 25, 2019

Menjadi Bunda yang Dirindukan


Menjadi Bunda yang Dirindukan
By: Muhammad Syafiie El-Bantanie


Di buku ini saya menemukan solusi yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Yaitu bagaimana menghadapi anak-anak kala tak sesuai dengan harapan orang tua. Tak sesuai dalam hal apapun, semisal ingin dia tangguh, kenyataannya anak kita cengeng. Ingin anak mandiri, namun ternyata masih sangat bergantung. Seringkali juga orang tua menghadapi kenyataan bahwa sang anak tak sesuai harapan dalam hal akademis. Nah, bagaimana menghadapinya?
Hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah berdamai dengan kenyataan yang ada pada anak-anak, sebab bagaimanapun anak-anak berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang terbaik dari bundanya. Sering kali, perubahan drastis pada diri anak menuju kondisi yang lebih baik berawal dari perhatian dan kasih sayang seorang bunda yang tiada putus. Tak peduli bagaimana pun anaknya, ia tetap mencurahkan perhatian dan kasih sayang terbaiknya. Dari sinilah, hati anak tersentuh, kesadarannya muncul, dan akhirnya berubah secara bertahap menjadi lebih baik. Tentu bukan hal yang mudah melakukannya, perlu menyiapkan stok sabar, namun begitulah cara membuat anak ‘berubah’ dengan cinta.

Itu adalah salah satu dari sekian banyak kiat-kiat, spirit, inspirasi di dalam buku ini agar menjadi seorang bunda yang dirindukan oleh anak-anaknya. Sosok yang teramat berarti dan penting dalam kehidupan mereka. Sosok yang membuat anak-anak rela mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan bundanya. Sosok yang tak lekang dan hilang dalam memori dan hati anak-anak meski kelak bundanya telah meninggal dunia. Setiap bunda punya kesempatan yang sama menjadi sosok seperti itu. Masya Allah.

Bila mencari buku parenting yang bahasanya ringan tapi bernas, buku ini salah satu yang rekomendid. Pengaturan halamannya bervariasi dengan ilustrasi di awal bab. Poin-poin penting diberi panel khusus. Menariknya, buku ini menggunakan pendekatan keislaman, namun isinya sangat aplikatif. Bersiaplah menjadi sangat bersemangat setelah membaca buku ini, ya :D

Buku ini dibeli di: Gramedia
Harga: Rp. 68,000,-
Jumlah halaman: 284 halaman

Monday, September 23, 2019

Begin again

This is my very start of everything.
I decided to write again in another template. I had been writing years ago, but never take it seriously. I just write to figure out my feeling and it’s completely useless to be literally a post because I restricted my blog. Well, that was completely weird, I know. So, I get start again ðŸ™‚
I am blogging because writing is my favorite. It’s my second kind of healing. I like keeping any memories to be learned someday. If I face problems and need any slice of solutions, I recall them to help me before I do pray and make some du’a. Well, not every problem is something we never experienced before, most of them are those we have done.
Another reason why I am blogging publicly rather than keeping a personal journal is because I was learned to make my writing proper to be read. I am not a professional blogger, but everyone should have this skill to be improved day by day.
I will share any topics that relate to my life. Of course all of them are simple writing. You know, I just try to make a start without worry about editing it. ðŸ˜€
Gonna look forward from you ðŸ™‚