Monday, January 3, 2022

Review buku “Gambar itu Haram?”


Bismillah… 

Bacanya udah dari dua bulan yang lalu tapi baru ada kesempatan hari ini ngereview. Semoga bulan-bulan depan bisa lebih tepat waktu lagi. Aamiin.

Buku ini jadi salah satu wish list ku sejak lama karena aku senang gambar sejak kecil. Waktu SD, aku dikasih tahu orang, gambar itu gak boleh, ada juga yang bilang klo sempurna yang gak boleh. Aku yang masih kecil dan belum tahu apa-apa jadi sedih pas tahu ternyata menggambar itu nggak boleh dalam Islam. Sempet vakum dari gambar-gambar sekian tahun juga. Lalu di masa sekolah gambar-gambar lagi tapi gambarnya yang ga sempurna.

Sampai akhirnya aku tahu buku ini dan follow sosmed penulisnya. Aku mengamati tabiat dari sosok penulisnya sekian lama dan mendapat sebuah pencerahan bahwa latar belakangnya adalah orang yang tertarbiyah juga. Aku ngga kenal dan ga tahu banyak soal penulisnya, tapi aku jadi tahu dia aktif di wadah-wadah seni Islam Indonesia (bisa disearching sendiri tepatnya apa), dan aktif memajukan pendidikan seni Islam Indonesia untuk kebaikan anak bangsa. Spiritnya ini yang membuatku terinspirasi dan tertohok, “para visualist itu ‘wiridnya’ memproduksi konten yang mengajak manusia mendekat kepada Allah, atau mengerjakan visual dalam rangka kebajikan—bukan cuma gambar-gambar.” Dan itu terbukti dilakukan. Seneng banget pas tahu beliau lagi berusaha menggodok konten untuk mencegah anak-anak terjerumus ke dalam pornografi. Bagiku ini lebih nyata berkontribusi untuk umat dibanding sibuk dengan perdebatan halal-haram.

Well, tidak sedikit teman-teman saya di lingkup ilustrator keder duluan lihat cover bukunya. Dari judulnya seolah memberi pencerahan tentang hukum gambar, tapi udah keliatan keberpihakannya. 😅 But wait… ternyata kita memang akan salah sangka klo belum baca. Di bagian bawahnya juga tertulis, “Serba-serbi hukum tashwir dalam Islam.” Jadi, kalau memang sejak awal tidak mau berkompromi dengan ragam pendapat soal hukum gambar dalam Islam, ya artinya memang tidak berniat menambah ilmu. Baca buku ini harus mengosongkan gelas dulu. Kesampingkan semua ego. Kenapa saya bilang ego? Karena ragam pendapat ini adalah bukti berkembangnya seni dalam sejarah Islam sejak jaman Rasulullah sampai saat ini—ruang lingkupnya luas, nggak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia. Ada loh, omongan dari ilustrator dengan pendapat tertentu mengatakan bahwa ‘berkompromi’ dengan hukum gambar adalah bentuk tidak sami’na wa atho’na-nya kita terhadap syariat Islam, bahwa menggambar itu hukumnya haram.

Wah, padahal dalam sejarah Islam, miniatur sebagai ilustrasi sangat membantu perkembangan ilmu pengetahuan. Ilustrasi memberikan detail yang tidak dapat diberikan kata-kata. Misal pada pengobatan beragam penyakit di kitab Cerrahiyet’l Hiniyye (imperial surgery) karya Saefuddin Sabuncuoglu, diagram detail objek seperti di kitab Al-Hayawan (Book of Animals) karya Al-Jahiz, atau untuk menjelaskan ilmu teknologi dan kesehatan seperti di kitab Maqamat (The Assemblies) karya Al-Hariri, bahkan di abad ke-12 ada ilmuwan bernama Al-Jazari yang menulis buku tentang mekanik dan robotika. Semuanya gamblang dengan ilustrasi makhluk hidup. Semuanya bukan dicetak, tapi digambar dengan tangan (hal. 66-67). 

Jadi, cover buku ini bukan mencerminkan keberpihakan ya, buku ini netral dan bukan ajang pembenaran. Covernya yang menggambarkan makhluk hidup mangacu pada metode penyampaian penulis pribadi yang memilih metode ‘komik’ untuk menyampaikan materi yg termasuk berat ini. Tentu ini sudah masuk ke ranah hak penulis dalam menyampaikan lewat metode apa. Dalam perjalanan ditulisnya buku ini, si penulis berkonsultasi ke berbagai ulama-ulama juga. Tentu ada tanggungjawab berat dibalik penulisannya, tidak bisa ditulis di dalam kamar sendiri tanpa berkonsultasi ke berbagai pihak. Tapi memang peran berat ini harus diambil sebagian orang untuk menunjang ilmu pengetahuan khususnya dalam Islam.

Pemaparan dalam buku ini sistematis, berurut dari awal topik, dimulai dari definisi tashwir sampai ke detil-detil kecil dalam dunia gambar menggambar, seperti penggunaan mata dalam gambar yang dianggap menjadikan sebuah gambar itu hidup. Berikut daftar isinya, silahkan dilihat. 

Kesan saya setelah membaca buku ini, bener-bener out of my expectation. Padahal beberapa kali ikut seminar bang Dzia soal hukum gambar tapi tetap rasanya lebih utuh kalau baca bukunya langsung. Saya tercenung setelah selesai baca, bukan sebuah dukungan terhadap pilihan metode gambar yang sudah saya jalani sebelumnya yang saya daptkan, tapi sebuah renungan mendalam tentang hakikat tujuan menggambar itu sendiri. Dalam seni memang tidak ada batasan bahkan katanya tidak boleh ada batasan terhadap kreativitas seseorang. Tapi, dalam Islam harus ada batasan untuk menjaga kita tetap dalam koridor syariat. Dan buku ini menjabarkannya. 

Saran saya, baca langsung bukunya, no excuses. Untuk mencegah salahnya interpretasi dan kesimpulan dari saya karena buku ini komprehensif. 🙂


Buku ini dibeli di: Marketplace oren

Harga: Rp. 31,500,-

Jumlah Halaman: 157 halaman

No comments:

Post a Comment